About Me

My photo
"Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengetahui mereka dengan tanda-tanda (yang ada pada) mereka. Dan kamu akan benar-benar mengenal mereka dari cara bicara mereka, dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kalian"- SURAH MUHAMMAD:30

Biodata Imam Hussien as

Nama : Hussein
Julukan : Saiyidu Syuhada
Gelaran : Abu Abdullah
Nama bapa : Sayidina Ali bin Abi Thalib
Nama ibu : Fathimah az-Zahra
Tempat lahir : 3 Sya’ban
Tempat dilahirkan : Madinah Munawwarah
Masa menjadi pemimpin : 11 tahun
Umur ketika syahid : 57 tahun.
Tarikh syahid : 10 Muharram
Nama pembunuh : Syimr
Bagaimana terbunuh : Diserang dan dipancung dengan kejam.
Tempat semadi : Karbala
Bilangan anak : 4 lelaki dan 3 perempuan.
Nama sebenar : Sayidina Hussein bin Sayidina Ali bin Abi Thalib.

PINTU ILMU RASULULLAH S.A.W.W

Photobucket

pakoz INFO

AL-KURAN,AL-HADIZ,NAHJUL BALAGHAH

"Apabila kamu perhatikan/renungkan Nahjul Balaghah, niscaya akan kau dapatkannya satu air yang mengalir, satu jiwa dan satu metode seperti halnya benda sederhana (simple) yang satu bagiannya tidak berlawanan secara esensial dengan bagian yang lain dan seperti Al-Qur'an yang mulia; awalnya seperti tengahnya, dan tengahnya seperti akhirannya. Setiap surah dari Al-Qur'an bahkan setiap ayat darinya serupa dengan ayat atau surah yang lain dalam sumber (ma'khadz), aliran, seni, metode dan keteraturan, dan jika sebagian dari Nahjul Balaghah adalah cacat sementara yang lain adalah sempurna dan sehat, niscaya karya ini tidak akan seperti itu (kesatuan)."[4]

[4] Syarah Ibn Abil Hadid, jilid 4, hal 325.

Para Penghafal Nahjul Balaghah

- Hamid Chenani; penghafal Al-Qur'an dan Nahjul Balaghah; asal Ahvaz; lahir tahun 1976.
- Muhammad Fattah Pour; penghafal Al-Qur'an dan Nahjul Balaghah; asal Kasyan; lahir tahun 1990.
- Dr. Ali Reza Zadeh Jouibari; penghafal Al-Qur'an dan Nahjul Balaghah; asal Qom; lahir tahun 1992.
- Ayatullah Khaz Ali; penghafal Al-Qur'an dan Nahjul Balaghah; lahir tahun 1930.
- Hujjatul Islam Dirayati; penghafal Al-Qur'an dan Nahjul Balaghah; lahir tahun 1965.
- Mahdi Netzad; penghafal Al-Qur'an dan Nahjul Balaghah; lahir tahun 1980.
- Muhammad Zari' Arnani; penghafal Al-Qur'an dan bagian Hikmah Nahjul Balaghah; lahir tahun 1982.
- Muhammad Mahdi Mushibi; penghafal Al-Qur'an dan bagian Surat-surat Nahjul Balaghah.
- Abbas Ali Khorsand; penghafal bagian Hikmah Nahjul Balaghah.
- Ali Habibi; penghafal Al-Qur'an dan bagian Hikmah Nahjul Balaghah.
- Zahra' Karimi; penghafal bagian Hikmah Nahjul Balaghah.
- Zainab Kazhimi Khalidi; penghafal bagian Hikmah Nahjul Balaghah.



KEUTAMAAN AMIRUL MUKMININ


Ahmad bin Hanbal memberikan jawaban kepada orang yang merasa aneh dan terkejut bagaimana Ali as menjadi pembagi surga dan neraka seraya berkata, "Bukankah diriwayatkan pula dari Rasulullah saw yang bersabda kepada Ali as, 'Tak seorang pun yang mencintaimu kecuali orang yang beriman, dan tak seorang pun yang membencimu kecuali orang yang munafik?'" Mereka menjawab, "Iya." Lalu Ahmad melanjutkan penjelasannya, "Oleh karena tempat orang beriman adalah surga dan tempat orang munafik adalah neraka, maka Ali as adalah pembagi surga dan neraka."[35]

[35] Thabaqât al-Hanâbilah, jilid 1, hal. 320.

DARI JALUR HADIS MANAKAH KEISLAMAN KITA?

Khotbah 209
Seseorang bertanya kepada Amirul Mukminin tentang hadis-hadis palsu yang diada-adakan orang, yang bertentangan dengan ucapan Nabi, yang terdapat di kalangan rakyat.[1]Atasnya Amirul Mukminin berkata:
Sesungguhnya apa yang berada di kalangan rakyat itu adalah benar (haqq) dan batil (bâthil) sekaligus, benar (shidg) dan dusta (kidzb), menasakh dan dinasakhkan, yang umum dan yang khusus, yang jelas dan samar. Bahkan di zaman Nabi, ucapan-ucapan dusta telah diatributkan kepada beliau sedemikian rupa sehingga Nabi mengatakan dalam khotbah beliau, "Barangsiapa berdusta tentang saya maka sedialah tempatnya di neraka." Orang-orang yang meriwayatkan hadis terbagi dalam empat jenis, tak lebih.[2]

Pertama: Kaum Munafik Pendusta
Orang munafik adalah orang yang memamerkan keimanan dan mengambil wajah seorang Muslim; ia tak ragu-ragu berbuat dosa dan tidak menjauh dari kemungkaran; ia dengan sengaja mengatributkan hal-hal yang dusta kepada Rasulullah SAWW. Apabila orang tahu bahwa ia seorang munafik dan pembohong, mereka tidak akan menerima apa pun dari dia dan tidak akan mengukuhkan apa yang dikatakannya.

Sebaliknya, mereka katakan bahwa ia sahabat Nabi, ia telah bertemu dengan beliau, mendengar (kata-kata beliau) dari beliau dan mendapatkan (pengetahuan) dari beliau. Oleh karena itu mereka mendengarkan apa yang dikatakannya. Allah juga telah mempetingatkan kepada Anda tentang orang-orang munafik dan menggambarkan mereka sepenuhnya bagi Anda. Mereka telah berlanjut setelah Rasulullah. Mereka beroleh kedudukan dengan para pemimpin sesat dan pendakwah ke neraka melalui kepalsuan dan fitaah. Maka mereka menempatkan mereka (para munafik) itu pada jabatan-jabatan tinggi dan menjadikan mereka para pejabat di atas kepala-kepala rakyat dan menumpuk harta melalui mereka. Orang-orang selalu bersama para penguasa dan mengejar dunia ini, kecuali orang-orang kepada siapa Allah memberikan perlindungan. Ini yang pertama dari keempat golongan itu.

Kedua: Orang yang Keliru
Kemudian ada orang yang mendengar (suatu ucapan) dari Rasulullah tetapi tidak menghafalnya sebagaimana adanya, melainkan menyimpulkannya. la tidak berdusta dengan sengaja. Lalu ia membawa ucapan itu dan meriwayatkannya, mengamalkannya dan mengaku bahwa, "Saya mendengarnya dari Rasulullah." Apabila kaum Muslim itu mengetahui bahwa ia telah melakukan suatu kekeliruan dalam hal itu, mereka tidak akan menerimanya dari dia, dan apabila ia sendiri mengetahui bahwa ia keliru maka ia akan melepaskannya.

Ketiga: Orang yang Tak Tahu
Orang yang ketiga adalah orang yang mendengar Rasulullah SAWW memerintahkan untuk melakukan sesuatu, dan kemudian Nabi melarang orang melakukannya, tetapi orang itu tidak mengetahuinya. Atau ia mendengar Nabi melarang orang terhadap sesuatu dan kemudian beliau mengizinkannya, tetapi orang itu tidak mengetahuinya. Dengan demikian ia memelihara dalam pikirannya apa yang telah dihapuskan dan tidak menahan hadis yang menggantikannya. Apabila ia tahu bahwa hal itu telah dihapus maka ia akan menolaknya, atau apabila kaum Muslim tahu, ketika mereka mendengarnya dari dia, bahwa hal itu telah dihapus, maka mereka akan menolaknya.

Keempat: Orang yang Menghafal dengan Benar
Yang terakhir, yakni orang yang keempat, adalah orang yang tidak berbicara dusta terhadap Allah maupun terhadap Rasul-Nya. la benci akan, kepalsuan karena takut kepada Allah dan menghormati Rasulullah, dan tidak membuat kekeliruan, tetapi menahan (di pikirannya) tepat apa yang didengaraya, dan ia meriwayatkannya sebagaimana ia mendengarnya, tanpa menambah sesuatu atau meninggalkan sesuatu. la mendengar hadis yang menasakh, ia menahannya dan beramal menurutnya, dan ia mendengar tentang hadis yang sudah dinasakh dan menolaknya. la juga mengerti (tentang hal-hal) yang khusus dan yang umum, dan ia tahu yang umum dan yang khusus, dan menempatkan segala sesuatu pada kedudukannya yang semestinya.

Ucapan-ucapan Rasulullah biasanya terdiri dari dua jenis. yang satu khusus dan yang lainnya umum. Kadang-kadang seorang lelaki mendengar beliau tetapi ia tak tahu apa yang dimaksud Allah Yang Mahasuci dengannya atau apa yang dimaksud Nabi dengan itu. Secara ini si pendengar membawanya dan menghafalnya tanpa mengetahui maknanya dan maksudnya yang sesungguhnya, atau apa sebabnya. Kalangan sahabat Rasulullah semua tidak biasa mengajukan pertanyaan dan menanyakan maknanya kepada beliau; sebenarnya mereka selalu menginginkan seorang Badui atau orang asing datang dan menanyakan kepada beliau SAWW supaya mereka pun dapat mendengarkan. Bilamana suatu hal semacam itu terjadi pada saya, saya bertanya kepada beliau tentang artinya dan memeliharanya. Itulah sebab dan dasar perbedaan di kalangan orang tentang hadis-hadis mereka. •


--------------------------------------------------------------------------------

[1] Orang itu ialah Sulaim ibn Qais al-Hilali yang merupakan salah seorang periwayat hadis melalui Amirul Mukminin.

[2] Dalam Khotbah ini Amirul Mukminin membagi-bagi para periwayat hadis dalam empat kategori.

Kategori pertama, seseorang mengada-adakan sebuah hadis lalu mengatributkannya kepada Nabi. Hadis-hadis palsu ini dan diatributkan kepada beliau, dan proses ini berlanjut, dengan hasil munculnya banyak hadis baru. Ini suatu kenyataan yang tak tersangkal. Tetapi, bilamana seseorang menyangkalnya, basisnya bukan pengetahuan atau kearifan melainkan kebutuhan oratoris atau argumentatif. Maka, pada suatu ketika 'Allamul Huda Sayid al-Murtadha berkesempatan bertemu dengan seorang ulama Sunni dalam konfrontasi dan pada kesempatan itu Sayid al-Murtadha membuktikan dengan fakta-fakta sejarah bahwa hasis-hadis tentang keutamaan para sahabat besar telah diada-adakan dan palsu. Atasnya, ulama Sunni itu membantah bahwa mustahil bahwa ada seorang berani mengucapkan suatu dusta terhadap Nabi dan mengada-adakan hadis sendiri lalu mengatributkannya kepada beliau. Sayid Murtadha mengatakan bahwa ada hadis Nabi menyebutkan, "Banyak hal-hal batil akan diatributkan kepada saya setelah saya mati, dan barangsiapa berkata dusta tentang saya sedialah kediamannya di neraka. (al-Bukhârî, I, h. 38, II, h. 102, IV, h. 207, VIII, h. 54; Muslim, VIII, h. 229; Abû Dawûd, III, h. 319-320; Tirmidzî, IV, h. 524, V, h. 35-36, 40, 199, 634; Ibn Mâjah, I, h. 13-15)

Apabila Anda memandang hadis ini benar, maka Anda harus menyetujui bahwa hal-hal batil telah diatributkan kepada Nabi; tetapi bila Anda memandangnya batil (palsu) maka ini akan membenarkan pendapat kami." Namun, orang-orang itu berhati munafik dan yang biasa mengada-adakan "hadis" mereka sendiri untuk menciptakan bencana dan perpecahan dalam agama dan menyesatkan kaum Muslim yang berkeyakinan lemah. Mereka tetap bercampur dengan kaum Muslim sebagaimana mereka lakukan di masa hidup Nabi; dan sebagaimana mereka tetap sibuk dalam kegiatan-kegiatan membawa bencana dan kehancuran di hari-hari itu, demikian pula setelah Nabi pun mereka tak ragu-ragu untuk mengubah ajaran Islam dan mengubah wajahnya. Malah, di masa Nabi mereka selalu takut kalau-kalau beliau mengungkapkan tabir dan mempermalukan mereka, tetapi setelah wafatnya Nabi kegiatan munafik mereka meningkat dan mereka mengatributkan hal-hal batil kepada Nabi tanpa merisaukan akhir nasib mereka sendiri. Dan orang-orang yang mendengarkan mereka mempercayai mereka karena status mereka sebagai sahabat Nabi, dengan berpikir bahwa apa saja yang mereka katakan adalah tepat dan apa saja yang mereka berikan adalah benar. Kemudian, kepercayaan bahwa semua sahabat itu benar menjadi pembungkam lidah, yang menyebabkan mereka dianggap di luar kritik, pertanyaan, pembahasan dan sensor. Di samping itu, kineija mereka yang mencolok membuat meieka menonjol di mata pemerintah dan karena itu pula diperlukan keberanian untuk berbicara melawan mereka. Ini dibuktikan oleh kata-kata Amirul Mukminin,

"Orang-orang ini beroleh kedudukan pada para pemimpin kesesatan dan penyeru ke neraka, melalui kebatilan dan fitnah. Maka, mereka (penguasa) menempatkannya pada kedudukan tinggi dan menjadikannya pejabat di atas kepala rakyat."

Bersama dengan penghancuran Islam, kaum munafik juga bertujuan menumpuk harta. Mereka berbuat demikian secara bebas sambil mengaku Muslim, yang karenanya mereka tidak hendak melepaskan kedok Islam dan keluar secara terbuka, melainkan meneruskan kegiatan setani mereka dalam jubah Islam dan menyibukkan diri dalam penghancurannya secara mendasar dan menyebarkan perpecahan dengan mengada-adakan hadis palsu. Sehubungan dengan ini Ibn Abil Hadîd menulis,

"Bilamana mereka dibiarkan bebas, mereka pun meninggalkan banyak hal. Bilamana rakyat berlaku diam tentang mereka, mereka pun berlaku diam tentang Islam, tetapi mereka terus melanjutkan kegiatan gelap mereka seperti pemalsuan hadis yang disinggung Amirul Mukminin, karena banyak hal yang tak benar telah dicampuradukkan dengan hadis oleh sekelompok orang yang berkepercayaan batil yang bertujuan sesat dan memutarbalikkan pandangan dan kepercayaan, sementara sebagian dari mereka juga bertujuan menonjol- nonjolkan suatu pihak tertentu dengan siapa mereka mempunyai tujuan-tujuan duniawi lain pula."

Setelah lewatnya masa itu, ketika Mu'awiyah mengambil alih kepemimpinan agama dan menduduki tahta kekuasaan duniawi, ia membuka suatu bagian resmi untuk memproduksi hadis palsu, dan memerintahkan para pejabatnya untuk mengada-adakan hadis dan mempopulerkannya dalam menistakan Ahlulbait Nabi, dan dalam menonjol-nonjolkan 'Utsman dan Bani Umayyah, dan menjanjikan hadiah dan pemberian tanah untuk perbuatan itu. Akibatnya, banyak hadis tentang keutamaan yang dibuat-buat beroleh jalan masuk ke dalam kitab-kitab hadis. Maka, Abul Hasan al-Madâ'inî menulis dalam kitabnya Kitab al-Ahdats dan dikutip oleh Ibn Abil Hadîd, yakni,

"Mu'awiah menulis kepada para pejabatnya bahwa mereka harus memperhatikan secara khusus orang-orang yang terpaut kepada 'Utsman, para pembela dan pencintanya, untuk menghadiahkan kedudukan tinggi, keutamaan dan kehormatan kepada orang-orang yang mriwayatkan hadis-hadis tentang keutamaannya dan keislimeaannya, dan menyampaikan kepadanya apa saja yang diriwayatkan tentang seseorang, bersama namanya, nama ayahnya dan nama sukunya. Para pejabatnya berbuat sesuai dengan itu dan mengumpulkan hadis-hadis tentang keutamaan dan keistimewaan 'Utsman, karena Mu'awiah biasa memberi hadiah, pakaian dan tanah kepada mereka."

Bilamana hadis-hadis palsu tentang keutamaan 'Utsman itu telah tersiar di seluruh kerajaan, maka dengan gagasan bahwa kedudukan para khalifah yang sebelumnya tak boleh tetap rendah, Mu'awiyah menulis kepada para pejabatnya,

"Segera setelah Anda menerima perintah saya ini, Anda harus memanggil rakyat untuk mempersiapkan hadis-hadis tentang keutamaan para sahabat dan para khalifah lain pula, dan perhatikanlah bahwa apabila seorang Muslim meriwayatkan suatu hadis tentang 'Abfl Turab ('Ali), Anda harus menyediakan suatu hadis yang sama tentang para sahabat untuk melawannya, karena hal ini memberikan kepada saya kegembiraan besar dan kesejukan di mata saya, dan hal itu melemahkan kedudukan Abu Turab dan orang-orang yang beipihak kepadanya, dan lebih keras terhadap mereka daripada keutamaan dan keistimewaan 'Utsman."

Ketika surat-suratnya dibacakan kepada rakyat, sejumlah besar hadis semacam itu diiiwayatkan, yang memuji-muji para sahabat, yang dibuat-buat tanpa mengandung kebenaran. (Syarh Nahjul Balâghah, XI, h. 43-47)

Dalam hubungan ini Abu 'Abdullah Ibrahim ibn 'Arafah yang dikenal sebagai Nifthawaih (244-323 H./856-935 M.), ulama dan pakar hadis terkemuka, menulis, dan Ibn Abil Hadîd mengutipnya,

"Kebanyakan dari hadis palsu tentang keutamaan para sahabat dibikin di zaman Mu'awiah untuk beroleh kedudukan di hadapannya, karena menurut pandangannya dengan cara itu ia dapat menghina dan merendahkan Bani Hâsyim." (ibid)

Setelah itu pemalsuan hadis menjadi suatu kebiasaan; para pencari dunia menjadikannya sarana untuk mendapatkan kedudukan di sisi para raja dan bangsawan, dan untuk mengumpul kekayaan. Misalnya, Ghiyât ibn Ibrahim an-Nakha'î (abad kedua Hijrah) membuat suatu hadis tentang terbangnya merpati untuk menghibur Khalifah 'Abbasiah al-Mahdi ibn Manshflr dan beroleh kedudukan di sisinya. (Tarikh al-Baghdâdî, XH, h. 323-327; Mîzânu I'tidâl, m, h. 337-338; Lisân al-Mîzân, IV, h. 422). Abu Sa'id al-Madâ'inî dan lain-lain menjadikannya sarana untuk mencari rezeki. Puncaknya ercapai ketika al-Karramiyyah dan sebagian al-Mutashawwifah memberikan penetapan bahwa mengada-adakan hadis untuk mencegah dosa atau untuk meyakinkan ke arah ketaatan adalah halal. Akibatnya, sehubungan dengan amar makruf nahi mungkar, hadis-hadis diada-adakan dengan bebas, dan ini tidak dipandang bertentangan dengan hukum agama atau moral. Malah pekerjaan ini pada umumnya dilakukan oleh orang-orang yang berpenampilan pertapa atau takwa, yang melewati malamnya dalam salat dan doa dan mengisi siang harinya dengan daftar pembuatan hadis palsunya. Suatu gagasan tentang jumlah hadis palsu ini dapat diperoleh pada kenyataan bahwa dari 600.000 hadis, al-Bukhari memilih 2.761 hadis (Târîkh al-Baghdâdî, II, h. 8; Shifatush-Shafwah, IV, h. 143), Muslim merasa pantas memilih 4.000 dari 300.000 (Târîkh Al-Baghâdî, XIII, h. 101; al-Muntazham, V, h. 32; Thabaqât al-Huffâzh, II, h. 151, 157; Wafayât al-A'yân, V, h. 194). Abu Dawud mengambil 4.800 dari 500.000 (Târîkh al-Baghdâdî, IX, h. 57; Thabaqât al-Huffâzh, II, h. 154; al-Muntazham, V, h. 97; Wafayât al-A 'yân, II, h. 404; dan Ahmad ibn Hanbal mengambil 30.000 dari hampir 1.000.000 hadis (Târîkh al-Baghdâdî, IV, h. 419-420; Thabaqât al-Huffâzh, II, h. 17; Wafayât al-A'yân, I, h. 64; Tahdzîb at-Tahdzîb, I, h. 74). Akan tetapi, bila pilihan ini dikaji, beberapa hadis darinya sama sekali mustahil diatributkan kepada Nabi. Hasilnya ialah bahwa sekelompok besar telah muncul di kalangan kaum Muslim yang, mengingat kitab-kitab yang disebut koleksi hadis yang otoritatif dan benar ini, sepenuhnya menolak nilai pembuktian hadis. (Untuk rujukan selanjutnya, lihatlah al-Ghadîr, V, h. 208-378)

Kategori kedua, para perawi hadis adalah orang-orang yang, tanpa menilai waktu atau konteksnya, meriwayatkan apa saja yang mereka ingat, benar atau salah. Maka, dalam al-Bukhari (jilid II, h. 100-102; jilid V, h. 98), Muslim (jilid III, h. 41-45); Tirmidzi (jilid III, h. 327-329); an-Nasa'i (jilid IV, h. 18); Ibn Majah (jilid I, h. 508-509); Malik ibn Anas (al-Muwaththa', jilid I, h. 234; Syafi'i (Ikhtilâful Hadîs, pada garis pinggir tentang "al-Umm", jilid VII, h. 41, 42) dan al-Baihaqi (jilid IV, h. 72-74) dalam bab berjudul "Menangisi Orang Mati" dinyatakan bahwa ketika Khalifah 'Umar terluka, Shuhaib datang kepadanya sambil menangis, lalu 'Umar berkata,

"Ya Shuhaib, janganlah menangisi saya, sedang Nabi telah mengatakan bahwa orang mati dihukum apabila kaumnya menangisinya."

Setelah meninggalnya Khalifah 'Umar, ketika hal ini disebutkan kepada 'A'isyah, ia berkata, "Semoga Allah menaruh kasihan kepada 'Umar. Rasulullah tidak mengatakan bahwa menangisi kerabat menyebabkan hukuman kepada si mati; beliau mengatakan bahwa hukuman bagi seorang kafir bertambah apabila kaumnya menangisinya." Setelah itu 'A'isyah mengatakan bahwa menurut Al-Qur'an tak seorang pun akan memikul beban (dosa) orang lain, maka mengapa beban (dosa) orang yang menangisi akan ditimpakan kepada si mati. Setelah itu 'A'isyah mengutip ayat,

"... Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudaratannya kembali kepada dirinya sendiri...." (QS. 6:164; 17:15; 35:18; 39:7; 53:38)

Istri Nabi, 'A'isyah, meriwayatkan bahwa pada suatu hari Nabi melewati seorang wanita Yahudi yang sedang ditangisi kaumnya. Nabi lalu berkata, "Kaumnya sedang menangisinya tetapi ia sedang mengalami hukuman di kubur."

Kategori ketiga, periwayat hadis adalah orang-orang yang mendengar hadis yang telah dinasakh dari Nabi tetapi tidak mendapat kesempatan untuk mendengarkan hadis yang menasakhnya yang dapat dihubungkannya kepada hadis yang dinasakh. Suatu contoh hadis yang menasakh ialah ucapan Nabi yang mengandung rujukan kepada hadis yang telah dinasakh, yakni, "Saya (dahulunya) telah melarang Anda menziarahi kubur, tetapi sekarang Anda boleh menziarahinya." (Muslim, III, h. 65; Tirmidzî, II, h. 370; Abu Dawud, III, h, 218, 332; an-Nasa'i, IV, h. 89; Ibn Majah, I, h. 500-501; Mâlik ibn Anas, II, h. 485; Ahmad ibn Hanbal, I, h. 145, 452; II, h. 38, 63, 66, 237, 350; V, h. 350, 355, 356, 357, 359, 361; al-Hakim, al-Mustadrak, I, h. 374-376; dan al-Baihaqi, IV, h. 76-77). Di sini izin ziarah kubur telah menasakh larangan sebelumnya. Sekarang, orang yang hanya mendengarkan hadis yang telah dinasakh itu terus bertindak sesuai dengan itu.

Kategori keempat, periwayat hadis ialah orang-orang yang sepenuhnya mengetahui prinsip-prinsip keadilan, memiliki kecerdasan dan kearifan, mengetahui saat ketika suatu hadis mula-mula diucapkan Nabi, dan juga mengenali hadis-hadis yang menasakh dan yang dinasakh, yang khusus dan yang umum, dan yang bersifat sementara dan yang mutlak. Mereka menjauhi kebatilan dan pemalsuan. Segala yang mereka dengar tetap terpelihara dalam ingatan mereka, dan mereka menyampaikannya dengan tepat kepada orang lain. Hadis-hadis dari merekalah yang merupakan milik Islam yang amat berharga, bebas dari penipuan dan pemalsuan, dan patut diandalkan dan diamalkan. Koleksi hadis-hadis yang telah disampaikan melalui pribadi seperti Amirul Mukminin dalam pengetahuan Islam tetap terbebas dari pemotongan, pemangkasan, atau perubahan, secara tegas menyuguhkan Islam dalam bentuknya yang sebenarnya. Kedudukan Amirul Mukminin telah terbukti dengan amat pasti melalui hadis-hadis berikut dari Nabi, seperti: Amirul Mukminin, Jabir ibn 'Abdullah, Ibn 'Abbas dan 'Abdullah ibn 'Umar telah meriwayatkan dari Nabi bahwa beliau berkata,

"Saya adalah kota ilmu dan 'Ali adalah pintunya. Orang yang hendak mendapatkan ilmu (saya) harus datang melalui pintunya." (al-Mustadrak, III, h. 126-127; al-Istî'âb, III, h. 1102; Usd al-Ghâbah, IV, h. 22; Tarikh al-Baghdâdî, II, h. 377; Vn, h. 172; XI, h. 48-50; Tadzkirah al-HuffâTh, Majma' az-Zawâ'id, X, h. 114; Tahdzîb at-Tahdzîb, VI, h. 320; VII, h. 337; Lisân al-Mîzân, II, h. 122-123; Târîkh al-Khulafâ', h. 170; Kanz al-'Ummâl, VI, h. 152, 156, 401); 'Umdah al-Qârî, VII, h. 631; Syarh al-Mawâhib al-Ladunniyyah, III, h. 143)

Amirul Mukminin dan Ibn 'Abbas juga telah meriwayatkan dari Nabi (saw) bahwa:

"Saya adalah gudang kearifan dan 'Ali adalah pintunya. Orang yang hendak mendapatkan kearifan harus datang melalui pintunya." (Hilyah al-Auliyâ', I, h. 64; Mashâbih as-Sunah, II, h. 275; Târîkh al-Baghdâdî, XI, h. 204; Kanz al-'Ummâl, VI, h. 401; ar-Riyâdh an-Nadhirah, II, h. 193)

Alangkah baiknya apabila manusia dapat mengambil berkah Nabi melalui sumber-sumber pengetahuan ini. Tetapi adalah suatu bab tragis dalam sejarah bahwa walaupun hadis-hadis melalui kaum Khariji dan musuh-musuh keluarga Nabi diterima, namun bilamana rangkaian perawi meliputi nama seseorang dari kalangan keluarga Nabi, terdapat suatu keraguan untuk menerima hadis itu.

No comments:

Ayatullah Al-Uzhma Sayyid Ali Huseini Khamenei

Photobucket "Jika anda mencari seseorang seperti sayyid Khamenei yang sangat berpegang teguh terhadap Islam dan memiliki jiwa khidmat yang tinggi, sementara landasan hatinya adalah untuk berkhidmat bagi bangsa ini, niscaya anda tidak akan dapati orang seperti dia. Saya sudah bertahun-tahun mengenalnya" (Cuplikan ceramah Imam Khomaini r.a. yang dimuat dalam kitabSahifah-e Nur jilid 17 hal 170)

FATAMORGANA

Photobucket Orang-orang Yahudi dan Nasrani berkata, “Kami ini adalah anak dan kekasih-kekasih Allah.” Katakanlah, “Jika demikian, mengapa Allah menyiksamu karena dosa-dosamu? (Kamu bukanlah anak dan kekasih-kekasih Allah), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu).”( al Maidah 18)

Doktor Sayid Muhammad Husein Thabathaba’i

Photobucket Anak termuda yang hafal seluruh Al Quran, penerjemah Al Quran termuda dan pelajar Hauzah Ilmiah Qom yang paling belia. Anak pertama yang mampu menyampaikan semua keinginan dan percakapannya sehari-hari dengan menggunakan ayat-ayat suci Al Quran. Anak pertama yang berhasil menghafal seluruh Al Quran dengan metode isyarat. Anak pertama yang bisa dengan mudah menghubungkan satu ayat dengan lainnya dan menafsirkan ayat Al Quran dengan cara itu. Anak pertama yang dapat menjawab semua pertanyaan dengan menggunakan ayat-ayat suci Al Quran. Anak pertama dari negeri Iran yang berhasil memperoleh titel Doktor kehormatan dari salah satu universitas Inggris di usianya yang ketujuh.

pakoz PHOTOS

Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket